NAMA : IMAM WAHYU B
KELAS : 1IA01
NPM : 54413321
PENGERTIAN MANUSIA
Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta,
sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang
individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme
hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi
oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang
berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika,
tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.
Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan
energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu
berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan
dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan
(sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup,
ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber
dari lingkungan.
Oleh karena itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri, hal ini dapat dilihat pada gambar siklus hubungan manusia dengan lingkungan sebagai berikut:
Oleh karena itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri, hal ini dapat dilihat pada gambar siklus hubungan manusia dengan lingkungan sebagai berikut:
Siklus Hubungan Manusia
Gambar di atas menggambarkan bahwa lingkungan dan
manusia atau manusia dan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan sebagai
ekosistem, yang dapat dibedakan mejadi:
- Lingkungan alam yang befungsi sebagai sumber daya
alam
- Lingkungan manusia yang berfungsi sebagai sumber
daya manusia
- Lingkungan buatan yang berfungsi sebagai sumber
daya buatan
Kebutuhan manusia
Perbedaan Manusia dengan makhluk lainnya adalah
manusia mempunyai akal budi yang merupakan kemampuan berpikir manusia sebagai
kodrat alami.Manusia dengan akal budinya mampu memperbaruhi dan mengembangkan
sesuatu untuk kepentingan hidup dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
Menurut A.Maslow, Kebutuhan hidup manusia dibagi
menjadi 5 tingkatan :
1. Kebutuhan fisiologis ( physiological needs)
Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan
yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan
sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisi) sesuatu dalam tubuh orang
yang bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs)
yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat estrim (misalnya kelaparan)
bisa manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri
karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif
sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan
rasa aman (safety needs).
2. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan (
safety dan security needs)
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan
jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang
bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena
adanya kebutuhan inilah maka manusia membuat peraturan, undang-undang,
mengembangkan kepercayaan, membuat sistem, asuransi, pensiun dan
sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, kalau safety needs ini
terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan seseorang
tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan
cenderung ke arah yang makin negatif.
3. Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relatif
dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and
love needs). [Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab,
bahkan mesra dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang
ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Setiap orang pun ingin mempunyai
kelompoknya sendiri, ingin punya "akar" dalam masyarakat. Setiap
orang butuh menjadi bagian dalam sebuahkeluarga, sebuah kampung, suatu marga,
dll. Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan merasa sebatang kara,
sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya pengangguran
yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang
bersangkutan.
4. Kebutuhan Harga Diri
Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relatif
sudah terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Ada dua
macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan
kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri dan kemandirian. Sedangkan yang
kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran,
dominasi, kebanggaan, dianggap penting dan apresiasi dari orang lain.
Orang-orang yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai
orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap untuk
berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu
aktualisasi diri (self actualization).
5.Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17
meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hirarki, melainkan saling mengisi.
Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi
seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi,
keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya.
Manusia Sebagai Satu Kepribadian Mengandung Tiga
Unsur
· ID, kepribadian yang primitive dan tidak nampak yang merupakan libido murni
· EGO, kepribadian eksekutif yang peranannya dalam menghubungkan energi ID dalam saluran social yang dapat dimengerti orang lain.
· SUPER EGO, muncul sekitar umur 5 tahun; ID dan EGO berkembang secara internal dalam diri individu; super ego terbentuk dari lingkungan eksternal yang merupakan kesatuan standar-standar moral
Hakikat Manusia
· Makhluk ciptaan TUHAN yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu-kesatuan utuh
· Makhluk ciptaan TUHAN yang sempurna, disbanding makhluk yang lain, missal :
· ID, kepribadian yang primitive dan tidak nampak yang merupakan libido murni
· EGO, kepribadian eksekutif yang peranannya dalam menghubungkan energi ID dalam saluran social yang dapat dimengerti orang lain.
· SUPER EGO, muncul sekitar umur 5 tahun; ID dan EGO berkembang secara internal dalam diri individu; super ego terbentuk dari lingkungan eksternal yang merupakan kesatuan standar-standar moral
Hakikat Manusia
· Makhluk ciptaan TUHAN yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu-kesatuan utuh
· Makhluk ciptaan TUHAN yang sempurna, disbanding makhluk yang lain, missal :
Perasaan Intelektual Perasaan Diri
Perasaan Estetis Perasaan Sosial
Perasaan Etis Perasaan Religius
· Makhluk biokultural, ya’ni makhluk hayati yang budayawi
· Makhluk ciptaan TUHAN yang mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.
PENGERTIAN BUDAYA
Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta,
karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan
kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu
bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau
kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur.
Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata
colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam
arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengolah dan mengubah alam.
Budaya sebagai sistem gagasan yang sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau di foto, karena berada di dalam alam pikiran atau perkataan seseorang. Terkecuali bila gagasan itu dituliskan dalam karangan buku.
Budaya sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku. Seperti apa yang dikatakan Kluckhohn dan Kelly bahwa “Budaya berupa rancangan hidup” maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang kita warisi melalui proses belajar dan menjadi sikap prilaku manusia berikutnya yang kita sebut sebagai nilai budaya.
Jadi, nilai budaya adalah “gagasan” yang menjadi sumber sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan sosial budaya. Nilai budaya dapat kita lihat, kita rasakan dalam sistem kemasyarakatan atau sistem kekerabatan yang diwujudkan dalam bentuk adat istiadat. Hal ini akan lebih nyata kita lihat dalam hubungan antara manusia sebagai individu lainnya maupun dengan kelompok dan lingkungannya.
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. Karena manusia diciptakan untuk menjadi khalifah, sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Baqarah: 30
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Oleh karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kekhalifahannya disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki. Masalah moral adalah yang terpenting, karena sebagaimana Syauqi Bey katakan:
إنّما الأمم الأخلاق مابقيت فإنهمو ذهبت أخلاقهم ذهبوا
Artinya: “Kekalnya suatu bangsa ialah selama akhlaknya kekal, jika akhlaknya sudah lenyap, musnah pulalah bangsa itu”..
Akhlak dalam syair di atas menjadi penyebab punahnya suatu bangsa, dikarenakan jika akhlak suatu bangsa sudah terabaikan, maka peradaban dan budaya bangsa tersebut akan hancur dengan sendirinya. Oleh karena itu untuk menjadi manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu pengetahuan, tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi (tata nilai budaya) sebagai suatu kesinambungan yang saling bersinergi, sebagaimana dilukiskan dalam bagan berikut:
Hommes mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu masyarakat lain tak dapat lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk informasi tersebut. Karenanya di tiap informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat budaya masyarakat asalnya. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa, karena perbedaan-perbedaan tata nilai budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat asal teknologinya, isyarat-isyarat tersebut dapat diartikan lain oleh masyarakat penerimanya.
Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam ini. Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama.
sumber :
Komentar
Posting Komentar